Biografi dan Karya M. Quraish Shihab

Biografi M. Quraish Shihab

Beliau terlahir dengan nama Muhammad Quraish Shihab pada 16 Februari 1944 di Rappang, Sulawesi Selatan (Shihab, 1999: 6). Minat ayahnya terhadap ilmu memang cukup besar, sehingga walaupun sibuk berwiraswasta, ayahnya selalu berusaha menyisihkan waktunya untuk berdakwah dan mengajar baik di masjid maupun di perguruan tinggi. Sebagaimana diakuinya, kecintaan sang ayah terhadap ilmu inilah yang kemudian memotivasi Quraish dalam studinya. Bahkan, minatnya terhadap studi al-Qu'ran pun sangat dipengaruhi oleh sang ayah. Sejak kecil Quraish ikut mendengarkan ayahnya mengajar al-Qur'an. Pada saat-saat seperti ini, selain menyuruh mengaji, sang ayah juga menjelaskan secara sepintas kisah-kisah dalam al-Qur'an. Dari sinilah benih kecintaan Quraish terhadap studi al-Qur'an mulai tumbuh.

Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di daerah kelahirannya, ia melanjutkan pendidikan menengahnya di Malang, Jawa Timur, sambil nyantri di Pondok Pesantren Dar al-Hadis al-Faqihiyyah di kota yang sama. Pada usia 4 tahun, tepatnya pada 1958, Quraish meninggalkan Indonesia menuju Kairo, Mesir, untuk melanjutkan studinya di Universitas al-Azhar. Keinginan untuk belajar di Kairo ini terlaksana atas beasisiwa dari Pemerintah Daerah Sulawesi (waktu itu wilayah Sulawesi belum dibagi menjadi Sulawesi Utara dan Selatan). Di al-Azhar, ia diterima di kelas II Sanawiyah. Di lingkungan al-Azhar inilah sebagian besar karir intelektualnya mengalami pematangan selama lebih kurang 11 tahun. Di situ juga, sejumlah tokoh seperti Muhammad 'Abduh dan Rasyid Rida "dibesarkan". 

Muhammad Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab, diambil dari situs resmi quraishshihab.com

Sejak di Indonesia, sebelum Quraish berangkat ke Mesir untuk melanjutkan studinya, minatnya adalah studi al-Qur'an. Karena itu, ketika nilai Bahasa Arab yang dicapai di tingkat menengah dianggap kurang dan tak diizinkan melanjutkan ke Fakultas Usuluddin Jurusan Tafsir Hadis Universitas al-Azhar, Quraish bersedia mengulang satu tahun. Padahal, dengan nilai yang dicapainya itu, sejumlah jurusan lain di lingkungan Universitas al-Azhar bersedia menerimanya. Bahkan dia juga diterima di Universitas Kairo dan Dar al-'Ulum. Sebagai mahasisiwa penerima beasiswa, Quraish hidup sederhana. Belakangan Quraish mengakui bahwa pilihannya itu ternyata tepat. Sebab selain minat pribadi, pilihannya itu sejalan dengan besarnya kebutuhan umat manusia akan al-Qur’an dan penafsirannya.

Pada 1967, dalam usia 23 tahun, ia berhasil meraih gelar Lc (Licence) atau setingkat dengan Sarjana Strata Satu, pada Fakultas Ushuluddin Jurusan Tasir dan Hadis Universitas al-Azhar Kairo. Kemudian melanjutkan studinya pada fakultas yang sama. Dua tahun berikutnya, tepatnya pada 1969, ia berhasil meraih gelar M.A. (Master of Art) dalam spesialisasi bidang tafsir al-Qur'an, dengan tesis berjudul al-I'jaz at-Tasyri' li al-Qur'an al-Karim. Pilihan untuk menulis tesis mukjizat ini bukanlah suatu kebetulan, tetapi didasarkan pada pengamatannya terhadap realitas masyarakat muslim. Menurutnya, gagasan tentang kemu'jizatan al-Qur'an di kalangan masyarakat muslim telah berkembang sedimikian rupa sehingga sudah tidak jelas lagi, apa itu mukjizat dan apa itu keistimewaan al-Qur'an. Mukjizat dan keistimewaan al-Quran menurut Quraish merupakan dua hal yang berbeda, tetapi keduanya sering dicampuradukkan bahkan oleh kalangan ahli tafsir sekalipun (Shihab, 2001: 2).

Setelah menyelesaikan studi Masternya, Quraish kembali ke daerah asalnya, Ujung Pandang. Di sini ia dipercaya menjabat Wakil Rektor Bidang Akademis dan Kemahasiswaan pada IAIN Alauddin Ujung Pandang. Selain itu, ia juga diserahi jabatan lainnya, baik di dalam kampus seperti Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Wilayah VII Indonesia Bagian Timur), maupun di luar kampus seperti Pembantu Pimpinan Kepolisian Indonesia Timur dalam bidang pembinaan mental (Shihab, 1999: 6).

Selama masa karirnya sebagai dosen pada priode pertama di IAIN Alauddin Ujung Pandang, Quraish telah melakukan beberapa penelitian, antara lain penelitian tentang "Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia Timur" (1975) dan "Masalah Wakaf Sulawesi Selatan" (1978). Meskipun demikian, Quraish belum menunjukkan produktivitas yang tinggi dalam melahirkan karya tulis.

Sepuluh tahun lamanya Quraish mengabdikan dirinya sebagai staf pengajar di IAIN Alauddin Ujung Pandang dan mendarma-baktikan ilmunya kepada masyarakat. Meskipun ia telah menduduki sejumlah jabatan, semangat Quraish untuk melanjutkan pendidikan tetap menyala-nyala. Ayahnya selalu berpesan agar ia berhasil meraih gelar doktor. Karena itu, ketika kesempatan untuk melanjutkan studi itu datang, tepatnya pada 1980, Quraish kembali ke Kairo dan melanjutkan pendidikan di almamaternya, Universitas al-Azhar. Dua tahun lamanya ia menimba ilmu di Universitas Islam tertua itu, dan pada tahun 1982, dengan Disertasi berjudul Nazm ad-Durar li al-Biqa'i: Tahqiq wa ad-Dirasah, ia berhasil meraih gelar doktor dalam ilmu-ilmu al-Qur'an dengan yudisium Summa Cumlaude  disertai penghargaan Tingkat Pertama.

Setelah berhasil meraih gelar doktor dalam bidang ilmu-ilmu al-Qur'an di Universitas al-Azhar, Quraish kembali ke tempat tugas semula, mengajar di IAIN Alauddin Ujung Pandang. Dalam masa tugasnya pada priode kedua ini, ia menulis karya berjudul Tafsir al-Manar; Keistimewaan dan Kelemahannya (Ujung Pandang: IAIN Alauddin, 1984). Tidak sampai dua tahun di IAIN Alauddin Ujung Pandang, pada 1984 ia hijrah ke Jakarta dan ditugaskan pada Fakultas Ushuluddin dan Program Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Suasana kehidupan akademis di ibu kota tentu saja menghadirkan banyak tantangan, khususnya bila dibandingkan dengan suasana akademis di Ujung Pandang, tetapi juga menawarkan sejumlah kesempatan bagi dinamika intelektual dan keilmuannya. Di sini ia berinteraksi dengan berbagai tradisi akademis dan berbagai pola pendekatan dalam wacana pemikiran Islam, yang dalam beberapa hal mungkin berbeda dengan tradisi akademis di Universitas al-Azhar.

Selain mengajar, ia juga dipercaya untuk menduduki sejumlah jabatan, seperti Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat (sejak 1984), Anggota Badan Lajnah Pentashih al-Qur'an Departemen Agama (sejak 1989), Anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (sejak 1989), dan Ketua Lembaga Pengembangan. Dalam organisasi-organisasi profesi, ia duduk sebagai Pengurus Perhimpunan Ilmu-ilmu Syari'ah, Pengurus Konsorsium Ilmu-ilmu Agama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dan ketika Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) berdiri, Quraish dipercaya menduduki jabatan sebagai asisiten ketua umum. Di sela-sela kesibukannya sebagai staf pengajar di IAIN Syarif Hidayatullah dan jabatan-jabatan di luar kampus itu, ia juga terlibat dalam berbagai kegiatan diskusi dan seminar, di dalam maupun di luar negeri (Shihab, 1999: 6-7).

Karya M. Quraish Shihab

Dalam banyak karyanya, Quraish selalu merujuk suatu persoalan yang dibahasnya pada ayat al-Qur'an. Hal ini tidaklah mengherankan karena ia dikenal sebagai pakar tafsir al-Qur'an. Quraish Shihab dikenal sebagai penulis yang sangat produktif. Tulisan-tulisannya tidak hanya ditemukan dalam bentuk buku, tetapi juga tersebar di berbagai jurnal dan media massa. Quraish merupakan seorang pemikir muslim yang berhasil mengkomunikasikan ide-idenya dengan khalayak pembaca. Banyak dari karya-karyanya telah dicetak ulang, dan menjadi karya "best seller". Ini menunjukkan bahwa perhatian masyarakat terhadap karya-karyanya cukup besar. Pada 1998, karyanya Membumikan al-Qur'an: Fungsi Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1992) telah mengalami cetak ulang ke delapanbelas sejak pertama diterbitkan, yakni 1992. Demikian pula karyanya Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan (Bandung: Mizan, 2000), Wawasan al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996), masing-masing telah mengalami cetak ulang dua puluh kali (antara 1994-2000), dan tiga belas kali (1996-2003).

Howard M. Federspiel menggambarkan bahwa buku pertama dari tiga karya Quraish di atas mampu "memberikan ikhtisar nilai-nilai agama yang baru", buku kedua "meletakkan dasar bagi kepercayaan dan praktik Islam yang benar", sementar buku ketiga memberikan wawasan tentang "prilaku al-Qur'an". Lanjutnya lagi, merujuk kepada ketiga karyanya itu, setting sosial karya Quraish mencakup (atau untuk dikonsumsi) masyarakat awam, tetapi sebenarnya ia ditujukan kepada pembaca yang cukup terpelajar ((Frederspiel, 1996: 296-298).

Tidak hanya itu, karya-karya Quraish yang sudah diterbitkan dan beredar di antaranya adalah: Pesona al-Fatihah (Jakarta: Untagma, 1986), Falsafah Hukum Islam (Jakarta: Departemen Agama, 1987), Tafsir al-Manar: Keistimewaan dan Kelemahannya (IAIN Alauddin Ujung Pandang, 1994), Mahkota Tuntunan Ilahi: Tafsir Surat al-Fatihah (Jakarta: Untagma, 1988), Studi Kritis Tafsir al-Manar Karya Muhammad 'Abduh dan Muhammad Rasyid Ridla  (Bandung: Pustaka Hidayah, 1994), Tafsir al-Qur'an a-Karim: Tafsir Surat-surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997), Mukjizat al-Qur'an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib (Bandung: Mizan, 1997), Sahur Bersama Quraish Shihab di RCTI (Bandung: Mizan, 1997), Menyingkap Tabir Ilahi: al-Asma al-Husna dalam Perspektif al-Qur'an (Jakarta: Lentera, 1998), Haji Bersama M. Quraish Shihab: Panduan Praktis Menuju Haji Mabrur (Bandung: Mizan, 1998), Yang Tersembunyi: Jin, Iblis, Setan dan Malaikat dalam al-Qur'an dan as-Sunnah serta Wacana Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa Kini (Jakarta: Lentera Hati, 1999), Untaian Permata buat Anakku: Pesan al-Qur'an untuk Mempelai (Bandung: al-Bayan, 1999), Sejarah dan 'Ulum al-Qur'an (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999), Fatwa-fatwa Seputar Ibadah Mahdah (Bandung: Mizan, 1999), Fatwa-fatwa Seputar Ibadah dan Mu'amalah (Bandung: Mizan, 1999), Fatwa-fatwa Seputar Wawasan Agama (Bandung: Mizan, 1999), Fatwa-fatwa Seputar al-Qur'an dan Hadis (Bandung: Mizan, 1999), Fatwa-fatwa Seputar Tafsir al-Qur'an (Bandung: Mizan, 2001), Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur'an (Jakarta: Lentera Hati, 2000) dan Perjalanan Menuju Keabadian: Kematian, Surga dan Ayat-ayat Tahlil (Jakarta: Lentera Hati, 2001).

Sumber Bacaan: Jurnal Isti'dal, Vol. 1 No. 1 th. 2014
Tag : Biografi
0 Komentar untuk "Biografi dan Karya M. Quraish Shihab"

Back To Top